SUV Murah 7 Penumpang, Honda BR-V jadi Ironi yang Berbuah Manis
HONDA KUDUS JAYA. Semula, segmen low SUV masih dianggap biasa saja saat hanya diisi oleh Toyota Rush dan Daihatsu Terios, lalu kembali mulai banyak dibicarakan ketika muncul Honda BR-V.
Mengaku sebagai SUV, tapi bentuknya tak beda dengan MPV. Mengaku mobil keluarga, tapi suguhannya seolah sebuah SUV. Apa yang membuat Honda BR-V jadi menarik untuk para penyuka SUV bawah yang punya harga termurah diantara semua SUV yang ada? Tak lain justru sisi ironisnya.
Ya, lahirnya Honda BR-V adalah sebuah ironis manis yang diciptakan Honda ke tengah-tengah pasar mobil Indonesia yang sedang melesu. Jauh sebelum lahir pun, Honda BR-V sudah menjadi ‘bahan gosipan’ karena sosoknya sendiri.
“Ini SUV atau MPV sih?” tidak sedikit komentar seperti itu muncul. Juga cap kalau BR-V hanya sekedar Mobilio yang ditinggikan. Atau anggapan, “Wah, berarti bikin SUV gampang banget dong ya,”.
Tapi disitu ironinya. Disatu sisi, sebagian masyarakat menganggap seperti itu–hanya Mobilio yang ditinggikan, tapi tak sedikit juga yang tergiur dan akhirnya membeli.
Jumlah pemesanan mencapai 6.000 unit lebih di bulan pertama kelahirannya tentu sebuah prestasi tersendiri ditengah pasar yang didominasi MPV. Sosoknya yang kontroversial diperkuat Honda sendiri dengan mengotakkan BR-V sebagai crossover. Alasan ini juga yang membuat opini Mobilio yang ditinggikan muncul.
Mobil ini memang tidak jelas, kawin silang, crossover–ya memang itu. Karena tidak jelas, jadi perbincangan banyak orang, yang malah membuat semakin banyak masyarakat yang ‘melek’ Honda BR-V.
Mau Mobilio yang lebih tangguh? Atau SUV yang nyaman tapi berharga murah? Jawabannya semua Honda BR-V, tak heran kalau eforia kelahirannya sampai disambut 6.000-an orang lebih yang langsung membelinya.
Honda BR-V hadir ke tengah-tengah ‘dominasi santai’ Toyota Rush dan Daihatsu Terios dengan cukup jeli. Dari sosoknya saja sudah berbeda, BR-V lebih cenderung MPV dibanding kentalnya kesan SUV pada Rush-Terios.
Sistem penggerak depan yang ditawarkan Honda BR-V juga berbeda dengan Rush-Terios yang setia andalkan penggerak roda belakang. Masing-masing pasti punya pertimbangan soal keunggulan dan kelemahannya masing-masing.
Masyarakat tak sekedar diberi pilihan baru ditengah kebosanan Rush-Terios yang begitu-begitu saja sejak 2006. Hadirnya BR-V juga sekaligus mengajak beralih ke konsep crossover yang saat ini sedang menjadi tren dunia. Tapi dengan daya tampung yang khas Indonesia, yakni 7 penumpang.
Tak salah kalau pada akhirnya Direktur Marketing dan Aftersales Service Honda Prospect Motor, Jonfis Fandy begitu pecaya diri dengan Honda BR-V meski tau dominasi selama ini ada pada duet Rush-Terios.
“BR-V tetap sebagai 7 seater sejati. Dan poin kapasitas penumpang menjadi konsen masyarakat Indonesia. BR-V memang pengembangan lebih lanjut dari Mobilio, yang artinya terjadi peningkatan spesifikasi agar layak seperti SUV. Justru itu keuntungan kami, menawarkan semua kelebihan MPV dengan spesifikasi SUV,” paparnya sebagai penutup.