Blog

Hasil Uji Konsumsi BBM Honda Brio Satya E CVT di Liga Irit 2016

2016_09_08_09_28_22_Honda_Brio_Satya-01

HONDA KUDUS JAYA. Improvisasi yang dilakukan Honda terhadap Brio Satya sebenarnya sederhana, namun mampu meraih hasil sangat gemilang. Berikut adalah hasil uji konsumsi BBM Honda Brio Satya E CVT di Liga Irit 2016.

Honda Brio bukan nama asing dalam dunia mobil irit di Indonesia. Meski awalnya hadir sebagai Small Hatchback murni bermesin 1.300 cc bertenaga 100 dk, namun pesona Low Cost Green Car (LCGC) membuat Honda merelakan Brio untuk beralih orientasi jadi mobil hemat BBM.

Peralihan itu termasuk menggunakan mesin yang lebih kecil yakni 1.200 cc. Hasilnya, di tahun pertamanya itu Brio Satya tampil sebagai yang teririt di Liga Irit 2014.

Masuk ke 2016, PT Honda Prospect Motor telah melakukan sejumlah revisi pada teknikal Brio Satya. Kendati blok mesin sama, namun set baru pada komputer mesin menghasilkan output yang sedikit berbeda.

Tenaga kini meningkat dari 88 dk menjadi 90 dk. Sedangkan torsi naik sangat tipis dari 109 Nm menjadi 110 Nm. Lalu untuk teknologinya masih sama dengan Brio Satya sebelumnya yakni katup variabel i-VTEC yang legendaris itu.

Ubahan yang cukup signifikan adalah penggunaan transmisi CVT untuk varian bertransmisi otomatis. Seperti Brio Satya E CVT yang kami tes ini.

Layout dasbornya juga baruEco Indicator tersedia di panel instrumen Honda Brio

CVT secara alami memang berbakat untuk menghasilkan pengendaraan yang lebih halus. Penghantaran tenaga seperti tanpa jeda dan putaran mesin cenderung lebih rendah dari transmisi otomatis konvensional.

Dalam konteks pengetesan efisiensi bahan bakar, putaran mesin yang cenderung rendah ini sangat menguntungkan untuk menekan konsumsi BBM.

Di rute dalam kota kali ini, kemacetan parah mendera. Untuk menyiasatinya, saat start selepas lampu merah atau ketika stop and go akibat macet, kami menekan pedal gas dengan sangat lembut.

Bahkan tak jarang kami tidak menginjak pedal gas sama sekali karena memanfaatkan momentum untuk melajukan mobil. Misalnya saat di turunan.

Lantas ketika kami melihat ada jalan menanjak di depan, sedari jauh kami sudah membangun kecepatan sehingga saat di tanjakan kami tak perlu menginjak dalam pedal gas.

Pun begitu saat di belokan. Kami selalu berusaha untuk mengolah kemudi sehalus mungkin dengan sudut belok selebar mungkin. Tujuannya agar friksi berkurang dan kecepatan mobil tidak drop. Dengan mobil yang melaju relatif konstan, maka injakan pedal gas bisa dikurangi saat mengembalikan kecepatan ke awal.

Tak lupa peran indikator Eco yang membantu kami melaju dengan lebih hemat BBM.

Alhasil, dengan prinsip eco driving tersebut Brio Satya bisa meraih konsumsi BBM dalam kota 17,7 km/l. Hasil ini menempatkannya sebagai yang terhemat di rute dalam kota.

Transmisi otomatisnya kini menggunakan tipe CVTUbahan di sektor mesin membuat tenaganya naik 2 dk

Masuk ke pengetesan luar kota, kepadatan jalan juga terjadi di hampir sepanjang rute. Rute luar kota yang mestinya bisa melaju kencang dan konstan, turun hingga average speed 27,4 km/jam.

Setiap lepas dari kemacetan, pedal gas diinjak sangat ringan dan halus. Meski ini berkonsekuensi pada sangat lambannya Brio berakselerasi, tapi itu setimpal dengan hasil yang didapat.

Hasilnya Brio mampu mencetak angka kehematan 21,9 km/l. Angka ini kembali menjadikannya yang terbaik di antara semua peserta Liga Irit 2016 ini.

Kendati sama-sama berstatus LCGC, namun Brio Satya berbeda dengan Daihatsu Sigra. LCGC asal Daihatsu ini sedari awal sudah menanggung bobot yang lebih berat karena dirancang untuk menampung 7 orang penumpang.

Sedangkan Brio Satya, mesinnya yang lebih bertenaga itu semakin diuntungkan karena memboyong bodi yang lebih mungil. Tak hanya itu, Sigra juga terhambat oleh kinerja transmisi yang masih mengandalkan otomatis 4 percepatan konvensional.